Blogger templates

Kamis, 27 Oktober 2011

dibawah tanah

Guide Sehari, Dibawah Tanah PDF Cetak

Dua minggu yang lalu saya mendapatkan mail dari seseorang yang mengenalkan dirinya dan menceriterakan kalau berasal se-kampoeng dengan saya di Indonesianya dan yang saat ini berada di Swedia, tepatnya dikota Norrköping sekitar 120 km ke arah barat kota Stockholm.


Mas ini baru 2 bulan yang lalu datang ke Swedia untuk mengambil S2-nya dibidang transportasi bersama 7 anak Indonesia lainnya dan yang semuanya berasal dari departemen perhubungan. Mas ini ingin menanyakan penginapan murah dan petunjuk jalan ke KBRI di Stockholm.

Singkat cerita, mas tsb dengan satu teman sampai Stockholm pada hari Minggu dan janjian dengan saya untuk ketemu di tengah kota Stockholm, tepatnya di samping gedung Opera yang berhadapan dengan Stockholm’s Royal Palace. Hari Minggu yang lalu udara cerah, ada matahari. Dengan mobil, saya antar mas-mas yang baru saya kenal keliling dan saya perlihatkan kota saya Stockholm. Sorenya, baru mereka saya ajak pulang dan saya tawari untuk menginap di rumah saya.

Besok paginya, hari Senin saya antar dua mas ini ke KBRI Stockholm untuk melaporkan diri. Ternyata sesampai di ruang bag konsuler sudah ada 5 mahasiswa Norrköping lainnya yang juga mempunyai tujuan yang sama. Hari tsb benar benar mujur bagi kami, haha... oleh staf KBRI kami diajak menunggu di ruang serba guna sambil menemani rombongan tamu lain dari Indonesia yang sudah ada sebelumnya di ruangan tsb sekalian sambil bersama-sama menyantap hidangan makan siang.

Mengingat mas-mas ini bekerja di departemen perhubungan, saya tawari mereka kalau mau dan berkenan akan saya temani dan tunjukkan bagaimana salah satu lokal transport di Stockholm, khususnya kereta dibawah tanah (atau Tunnelbana) ’in action’. Disamping dapat melihat kereta, jadwal, fungsinya juga keadaan stasiun-stasiun yang ada, terutama stasiun di jalur biru yang terkenal dengan hiasan dindingnya.

Kita temui kereta yang bersih dan modern, kesadaran membayar tiket yang ada dari semua yang akan menggunakan transport ini (hehe... denda yang sangat mahal kalau ketahuan tidak memiliki tiket yang sah), informasi yang jelas terpancang dan terkini di setiap jalur yang ada, antara lain informasi seperti kereta ke jurusan mana yang akan masuk stasiun, terdiri dari berapa gerbong dan masih berapa menit lagi. Disamping itu, juga stasiun yang bersih terawat tanpa terlihat kotoran kertas maupun plastik dapat kami nikmati. Didalam stasiun, meskipun berada berpuluh meter dibawah tanah terasa nyaman dan aman karena sekali-kali kami berpapasan dengan beberapa penjaga keamanan yang lewat berpasangan dan bertugas menjaga keamanan stasiun yang ada.

Saya sendiri memilih untuk mengajak rombongan mas-mas dan mbak-mbak dari departemen perhubungan yang lagi belajar transportasi ini dapat menghayati transportasi umum  di Stockholm dengan memilih jalur biru yang menuju kearah Kista, Sweden’s Silicon Valley atau Sweden’s Cyber City dimana saya pernah cukup menjadi lama salah satu ’penduduk’-nya, semasa masih aktif mencari sesuap nasi beberapa th yang lalu.

Salah satu refleksi, sistem transportasi dibawah tanah saya kira kurang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Sangat berbeda medan dari negara Swedia yang tanahnya hanya terdiri dari batu, batu yang solid, cukup misalnya kalau kita cangkul tanah 1-2 m akan terbentur dengan batu utuh, jadi bahaya terjadi longsor sangat minimal. Disamping itu tidak ada gempa di Swedia. Plus salah satu negara yang memiliki infrastruktur yang sudah mapan. Tidak masalah membuat stasiun yang berada sampai 30 m dibawah tanah dan memakai tangga berjalan yang panjang dan dalam serta memerlukan tenaga listrik yang besar, hehe... tidak ada giliran listrik di Swedia. Bahaya banjir juga tidak ada di Stockholm, mengingat sistem penyaluran air yang semuanya telah dirancang dan dibuat sedemikian rupa dan memakai sistem saluran air dibawah tanah. Kita tidak akan melihat parit atau sungai kecil di kota Stockholm, jalanan bersih tanpa ada bergantungan kabel-kabel jaringan listrik, tilpun maupun TV, semuanya dirancang dan digali dibawah tanah. Hmm yang saya pernah baca, stasiun kereta dibawah tanahdi Stockholm telah dirancang sedemikian rupa untuk dapat menjadi tempat berlindung misalnya suatu ketika terjadi perang.

Sebetulnya, terbayang betapa enaknya kalau saja stasiun-stasiun Tunnelbana yang ada di Stockholm itu ada di Indonesia, di Jakarta. Sewaktu udara luar di kota Jakarta lagi pengap, panas, akan nyaman sekali seandainya kita berada di dalam stasiun 30 m dibawah permukaan jalan, terasa sejuk dan tidak perlu keluar keringat, hehe... dapat sambil leyeh-leyeh tiduran menunggu kereta.

Hiasan atau ornamen dinding di stasiun tunnelbana disepanjang  jalur biru di Stockholm, cukup dikenal di dunia. Tidak banyak negara lain yang menghiasi dinding stasiun dibawah tanahnya dengan dekorasi yang artistik. Setahu saya di Moscow, Rusia juga bagus hiasan stasiunnya. Saya pernah kapan itu, masuk di salah satu stasiunnya tidak jauh dari ’Gum’, dan Lapangan Merah.

Di dalam perjalanan, mas-mas dan mbak-mbak saya pandu, naik-turun kereta dan di setiap stasiun antara T-Centralen menuju Kista. Sesampai Kista, saya ajak mereka melihat dari dekat pusat perbelanjaan yang terkenal dengan foodcourt-nya. Mereka saya tunjukkan sebentar suasana Sweden’s Cyber City yang terus dibangun dan berkembang. Setelah puas, baru mereka saya ajak memakai kereta dibawah tanah jurusan berlawanan, kembali ketengah kota Stockholm, masih tetap sama dengan memakai jalur biru dengan tujuan stasiun terakhir Taman Raja (Kungsträdsgården).

Keluar dari stasiun, saya antar mereka jalan kaki menyusuri Taman Raja yang saat ini sudah berkurang jumlah turisnya kemudian lewat Strömbron menuju Royal Palace dan mengelilingi Gamlastan (Old Town). Agak sorean, baru saya ajak mereka kembali ke arah Jalan Ratu (Drottninggatan), dimana disepanjang jalan tsb banyak toko-toko yang menjual cindera mata. Saya tinggalkan mereka untuk lebih bebas berbelanja, mereka cukup ada waktu, bus yang akan mereka gunakan kembali ke Norrköping malam jam keberangkatannya. Saya sendiri melanjutkan jalan kaki menuju stasiun central yang letaknya tidak jauh dari toko-toko tsb dan kemudian dengan memakai kereta dibawah tanah menuju stasiun dimana saya parkir mobil dan pulang kerumah.

Ini saya kirim beberapa gambar stasiun dibawah tanah yang ada disepanjang jalur biru di Stockholm. Hmm, semua dinding dan atapnya di setiap stasiun yang terdiri dari batu. Eee... siapa tahu, suatu ketika anda tanpa guide nyasar di Stockholm, saya sarankan untuk milih nyasar dan mengambil jalur biru ini sambil menghayati hiasan dekorasi stasiunnya. Lho ya, mau nyasar kok pakai milih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar