Blogger templates

Kamis, 27 Oktober 2011

sky in eropa

Ski, Sky and Scoobidoo PDF Cetak

Setting, St. Anne, salah satu stasiun ski kecil di pegunungan Alpen, February 2005. Pierre sedang membawa Mama Edo berjalan-jalan di pegunungan Alpen sambil merasakan dinginnya salju. Julie dan baby Alice yang baru berusia 2 bulan tinggal di rumah ......

Pierre: Ma, Indah kan salju itu? Mama Edo (ME): Iya, indah sekali, tapi dingiiiiin...  brrrrrrrr.... Pierre: Lihat Ma, ada anak kecil yang sedang main salju *sambil menunjuk seorang anak berumur 4 tahun yang sedang meluncur dengan ayahnya* ME: Iya, wah, seru sekali yah, lucu benar! Pierre: Tahun depan, kalau Alice sudah berusia satu tahun, aku juga mau membawa Alice bermain salju di pegunungan Alpen. ME: Ah, ada2 saja kamu ini, satu tahun itu kan masih kecil sekali, nanti dia kedinginan lho.... Pierre tersenyum sambil tetap menyimpan impiannya....

Jumat, 20 January

Dua bus berangkat dari depan kantor CMA-CGM membawa seratus orang peserta week-end du ski CE CMA-CGM.  CE adalah Comite d’Entreprise, merupakan sebuah asosiasi yg dibentuk oleh sindikat pekerja untuk kesejahteraan karyawan di perusahaan tersebut.  Asosiasi ini merupakan kewajiban untuk perusahaan dengan jumlah karyawan diatas 50 orang. 

Selain menyelenggarakan acara2 turistik dengan harga terjangkau, CE juga membantu karyawan dalam hal cuci foto, binatu, acara natalan tahunan dsb. Intinya tugas mereka adalah memperhatikan kesejahteraan karyawan, tugas yang masih diemban oleh bagian HRD (Human Resources Department) di Indonesia.

Perjalanan dari Marseille menuju Les Orres memakan waktu sekitar 5 jam, termasuk istirahat 40 menit untuk membeli makan malam.

Malam itu mereka tiba di Hotel Les Trappeurs jam 11 malam.  Setelah meminta kunci dari receptionist, mereka langsung menuju kamar hotel mereka.  Satu hotel itu dibooking khusus untuk CE CMA-CGM.  Kesan pertama atas kamar hotel adalah bersih, dan sesuai dengan permintaan pada Philippe Soussignan, guide acara ini, mereka diberikan kamar dengan tiga tempat tidur.

Alice tidak pernah tidur di ranjang bayi, sejak lahir, ia selalu tidur bersama mamanya tersayang.  Kamar hotel mereka memiliki bath tub untuk berendam air hangat dan balkon yang besar dengan pemandangan menghadap hamparan gunung salju yang putih dengan chalet (rumah salju) yang khas pegunungan Alpen.

Keesokan harinya, setelah melakukan observasi atas hotel ini, mereka baru menyadari bahwa kamar yg diberikan kepada mereka adalah salah satu kamar terbaik dengan balkon terbesar, alangkah beruntungnya mereka.

Sabtu, 21 January

Mereka terbangun oleh sinar mentari yang menyusup malu-malu melalui tirai jendela kamar hotel.  Setelah menikmati sarapan pagi a la francais yang lezat, pagi ini Pierre berjanji kepada Julie dan Alice untuk menemani mereka bermain salju.  Jam telah menunjukkan pukul 10 ketika pertama kali mereka keluar dari hotel pagi itu.  Jarak hotel yang hanya 150m dari Station Ski itu ternyata perlu ditempuh dengan perjuangan yang sedikit lebih menantang dibandingkan berjalan di aspal biasa.

Berjalan di salju memang tidak semudah berjalan di aspal, apalagi bila di bagian tertentu terbentuk lapisan es, jalannya sungguh licin dan tidak terlalu mudah bagi seseorang yang menggendong bayi.  Tapi mereka tetap senang bersemangat.  Inilah pertama kalinya Julie dan Alice pergi ke gunung salju. Pagi itu mereka memutuskan untuk naik ke atas gunung dengan menggunakan telesiege.

Telesiege adalah kereta gantung dengan 6 tempat duduk.  Kereta ini terbuka dengan penghalang di bagian depan untuk mencegah orang jatuh kebawah.  Untuk yang baru pertama kali naik, pengalaman naik telesiege ini bisa menjadi pengalaman yang menakutkan, tetapi sesungguhnya pengamanannya cukup baik karena selalu ada controller di bagian departure dan arrival yang siap membantu bila diperlukan.  Mereka bisa memperlambat laju telesiege ini atau bahkan menghentikannya bila memang diperlukan. 

Les Orres adalah salah satu stasiun ski yang cukup besar di pegunungan Alpen dengan ketinggian minimum 1600 m di atas permukaan laut.  Puncak tertinggi yang bisa dicapai untuk ski di stasiun ini adalah 2700 m.  Pagi itu, mereka memutuskan untuk naik hingga ketinggian 2000 m.  Setibanya diatas, mereka menemukan sebuah Restaurant d’Altitude, nama yang sering diberikan kepada restaurant2 yang terletak di ketinggian (yang biasanya hanya bisa dicapai dengan telesiege).  Setelah memapankan diri mereka di salah satu bangku yang tersedia di depan restaurant ini, mereka pun sibuk mengambil gambar untuk kenang2an bagi si kecil.  Sentuhan pertama si mungil terhadap salju membuat rasa penasaran yang berujung dengan tangisan karena rasa dingin yang menusuk. 

Mereka turun kembali dengan menggunakan telesiege yang sama sebelum makan siang.  Makan siang disajikan di hotel karena mereka mengambil paket yang disebut pension complet.  Di Perancis, tour biasanya menawarkan dua alternatif paket, demi pension atau pension complet.  Demi pension artinya tour termasuk makan pagi dan makan malam, sementara pension complet artinya termasuk makan pagi, makan siang dan makan malam.  Karena tour berbasis di perancis, maka makan siang dan makan malam sudah termasuk wine juga.  Siang itu menu yang disajikan adalah buffet d’entree, Moules Marinieres “Facon du Chef” (kerang hijau dengan saus creme yang lezat), Salade dan bermacam-macam keju dan makanan penutup berupa yoghurt dan buah2an (keju dan makanan penutup selalu tersedia di setiap akhir jamuan makan).  Selain salad nasi yang terasa agak keras, semua makanan yang disajikan bisa dikategorikan cukup enak.

Kenyang makan siang, Alice dan Julie pun istirahat sejenak di hotel (tidur siang), sementara itu, Pierre memutuskan untuk pergi menjelajahi pegunungan Les Orres dengan alat ski-nya. 

Untuk main ski diperlukan beberapa peralatan standard yang biasanya disewa dari toko yang berada dibawah Stasiun Ski.  Dan biasanya pihak hotel bekerja sama dengan salah satu toko yang memberikan harga khusus atau potongan.  Les Trappeurs dalam hal ini bekerja sama dengan Ski Set yang dimiliki oleh Christian CEAS, seorang Alpinist yang extremely ramah dan sangat membantu.  Ia dibantu oleh keluarganya dan beberapa staf yang dengan sukarela membantu memilihkan ukuran sepatu yang paling pas buat kaki kita.  Setelah terlibat perbincangan singkat, akhirnya Christian mengetahui bahwa Pierre memiliki bayi kecil dan menawari dengan murah hati meminjamkan luge secara gratis keesokan harinya.  Luge adalah kereta luncur untuk anak-anak yang tidak main ski.

Setelah tidak bermain ski selama 5 tahun, Pierre harus terjatuh sekali dulu sebelum mulai lancar meluncur kembali.  Saran Christian untuk mengambil sepatu ski model terbaru yang memiliki ukuran yang lebih pendek ternyata benar adanya.  Walaupun sedikit lebih mahal dari sepatu standard, sepatu ski ini lebih stabil dan mudah dikendalikan.

Pengalaman bermain ski sangatlah menyenangkan.  Begitu mampu mengendalikan rasa takut, meluncur di udara terbuka dengan pemandangan gunung-gunung putih yang menjulang tinggi di depan mata kita dan suara desiran angin dingin yang berhembus lembut memberikan sensasi tersendiri yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.  Begitu piste (sebutan untuk jalur ski yang bisa dilalui) yang mudah dikuasai, biasanya kita ingin mencoba jalur yang lebih sulit, demikian terus menerus sehingga olah raga musim dingin ini sulit sekali membuat orang bosan.

Piste dikelompokan dari Piste hijau untuk anak-anak dan pemula, piste biru yang tingkat kesulitannya lebih tinggi, piste merah untuk yang cenderung sulit dan piste hitam untuk yang benar2 sulit.  Untuk yang bandel dan sangat menyukai tantangan, ada yang dinamakan hors piste (diluar jalur), ini biasanya seperti menjelajah hutan tapi tidak mau mengikuti jalur yang telah ada.  Hors Piste ini tidak disarankan karena biasanya kecelakaan berat yang terjadi berada di dalam kategori ini.

Acara ski hari itu selesai pada pukul 17.00 dimana semua telesiege yang beroperasi dihentikan.  Pierre pun pulang ke hotel untuk makan malam bersama keluarga dan teman2nya.  Malam itu, keluarga Pierre satu meja dengan keluarga Vijay dari India dan Jing Ping dan Qui Gi dari China.  Pembicaraan yang menarik mengenai culture India membuat suasana makan malam menjadi hangat dan bersahabat.  Menu makan malam adalah Tarte de jambon aux champignon, Tartiflette des Montagnes (kentang dipanggang dengan keju gunung yang enak dan lardon), salade dan keju, dan dessert berupa tarte aux pommes (tart apel). 

Malam itu semua tidur lelap karena lelah bermain seharian......

Minggu, 22 January

Selesai sarapan, Julie dan Alice memutuskan untuk beristirahat kembali untuk memberikan kesempatan kepada Pierre menjelajahi hutan Prebois lebih jauh lagi.  Selama bermain ski, Pierre menemukan kemiripan antara prinsip-prinsip dalam bermain ski dengan prinsip-prinsip kehidupan.

Menu makan siang adalah Salad de Tabouleh, Gigot d’Agneau et Haricots Verts (Daging Domba Muda dan sayur buncis), salade dan keju, dan makanan penutup berupa buah2an dan yoghurt.  Begitu selesai makan siang, Julie, Pierre dan Alice pergi ke Piste bawah untuk bermain luge.  Luge adalah alat meluncur yang biasanya dimainkan oleh anak-anak kecil yang tidak bermain ski.  Alice sungguh senang sekali.

Sore itu mereka kembali ke Marseille pada jam 17.00 dan tiba kembali di depan kantor jam 22.00.  Ah, week-end yang sungguh menyenangkan dan akan menjadi kenangan yang indah bagi mereka semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar